JAKARTA, GTN - Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum
Partai Golkar Bambang Soesatyo menjadi pembaca teks Proklamasi Upacara
Peringatan Detik-Detik Proklamasi dalam rangka peringatan HUT ke-78
Republik Indonesia. Sedangkan Kepala Staf Komando Garnisun Tetap
I/Jakarta Brigjen TNI Arkamelvi Karmani sebagai Perwira Upacara, Danmen
Armed 2/PY/2 Kostrad Kolonel Arm Joko Setiyo Kurniawan sebagai Komandan
Upacara serta Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas sebagai pembaca doa.
Upacara dipimpin Presiden Joko Widodo sebagai Inspektur Upacara.
Pengibaran
bendera Merah Putih dilakukan Tim Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
(Paskibraka) Indonesia Maju. Dipimpin Komandan Kompi Paskibraka Danki A
Yonif 7 Mar Brigif 4 Mar BS Kormar Kapten Ganteng Prakoso. Lilly
Indriani Suparman Wenda mewakili Provinsi Papua Pegunungan sebagai
pembawa bendera merah putih. Tiga siswa lainnya dari kelompok 8 yang
bertugas mengibarkan bendera adalah Bintang Wirasatya RA sebagai
komandan kelompok 8 mewakili Provinsi Sumatera Selatan, Nathaniel Shawn
Edgar Sondakh sebagai pembentang bendera yang mewakili Provinsi Sulawesi
Utara, dan Alfin Alfarisi sebagai pengerek bendera yang mewakili
Provinsi Sumatera Barat.
"Upacara kali ini sangat spesial, karena
akan menjadi upacara terakhir di DKI Jakarta. Mulai tahun depan,
upacara akan diselenggarakan di Ibu Kota Negara Nusantara (IKN
Nusantara). Usia 78 tahun bukanlah usia muda dalam sebuah kemerdekaan.
Setelah 78 tahun, akhirnya kita sudah memulai proses pemindahan ibu kota
negara ke Kalimantan, di posisi geografis yang berada di tengah antara
Indonesia Barat dan Timur. Bukan sekadar pemindahan ibu kota negara,
melainkan juga memindahkan berbagai pola pembangunan dari yang semula
Jawa Sentris menjadi Indonesia Sentris," ujar Bamsoet usai membacakan
teks Proklamasi Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi dalam rangka
peringatan HUT ke-78 Republik Indonesia, di Istana Negara, Jakarta,
Kamis (17/8/23).
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III
DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, upacara kali
juga spesial, karena menjadi upacara terakhir menjelang pelaksanaan
Pemilu 2024. Karena itu, upacara kali ini harus dijadikan momentum bagi
para bakal calon presiden dan wakil presiden serta para pendukungnya
untuk tetap menjaga semangat dan persatuan bangsa.
Selain
Indonesia pada tahun 2024 nanti juga akan ada berbagai negara adikuasa
yang akan menyelenggarakan Pemilu. Antara lain Pemilu Taiwan pada
Januari 2024 yang akan mempengaruhi kondisi Tiongkok dan Amerika; Pemilu
Rusia pada 17 Maret 2024; serta Pemilu Amerika Serikat pada 5 November
2024.
"Sebagai negara besar yang berada pada pusaran kepentingan
geopolitik global, siapapun Presiden Indonesia yang terpilih dalam
Pemilu 2024 nanti, harus mampu membawa kapal besar Indonesia menghadapi
gelombang geopolitik dunia yang semakin sulit diprediksi. Saat ini saja,
dunia masih menghadapi ketegangan akibat perang Rusia-Ukraina yang
memperlihatkan bahwa perdamaian seakan masih menjadi konsep yang
menggantung di awang-awang," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum
Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menerangkan, perang
menunjukkan secara gamblang cara pandang para pemimpin dunia di tengah
peta kekuatan global yang multipolar yang seringkali mementingkan motif
politik dan ekonomi, dibandingkan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.
Di tengah situasi tersebut, patut diapresiasi peran pemerintah
Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang telah berulang
kali berupaya memberikan solusi perdamaian permanen dengan mendorong
gencatan senjata dan diplomasi di meja perundingan.
"Perang
Rusia-Ukraina, ketegangan Tiongkok-Taiwan, hingga potensi konflik di
semenanjung Korea, merupakan sebagian dari beberapa isu yang dipandang
berpengaruh pada stabilitas geo-politik global. Sekaligus mengisyaratkan
bahwa pertahanan dan keamanan negara kita harus dimaknai secara
holistik dan multidimensional. Indonesia sebagai negara berdaulat perlu
memiliki kemampuan militer yang tangguh dan profesional yang didukung
semangat kerjasama segenap elemen bangsa, sebagaimana mandat Panglima
Besar Jenderal Sudirman: Tentara kita adalah tentara rakyat yang akan
kuat bila hidup dan bergotong royong bersama rakyat," terang Bamsoet.
Dosen
Tetap Pascasarjana Program Doktor Universitas Borobudur dan Ketua Dewan
Pembina Perkumpulan Alumni Doktor Ilmu Hukum Unpad (PADIH Unpad) ini
menambahkan, pertahanan dan keamanan negara juga meliputi dimensi
ekonomi. Sebagai negara kaya sumberdaya, Indonesia harus membangun
ketahanan dan kemandirian ekonomi, yang ditopang oleh kedaulatan pangan,
energi, dan industri.
"Kita patut bersyukur, dibawah
kepemimpinan Presiden Joko Widodo, di usia kemerdekaan ke-78 tahun ini
Indonesia telah mengukir beberapa prestasi di bidang ekonomi. Salah
satunya, peringkat daya saing Indonesia meningkat dari posisi 44 pada
tahun 2022 menjadi ke posisi 34 dari total 64 negara di dunia,
berdasarkan hasil riset World Competitiveness Ranking 2023. Posisi
tersebut menjadikan Indonesia melampaui beberapa negara di Asia Pasifik
seperti Jepang yang berada di posisi 35, India di posisi 40, dan
Filipina di posisi 52," pungkas Bamsoet.
(*) GTN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar